Search...>>

12.13.2011

Patroli Perbatasan Indo-Malaysia (Part 1)


Kegiatan patroli perbatasan ini baru pertama kali saya lakukan setelah lebih dari dua tahun bergabung dengan WWF Malinau. Biasanya kegiatan saya fokus pada pembuatan peta dan dokumen terkait manajemen kawasan konservasi TNKM (Taman Nasional Kayan Mentarang) serta sosialisasi ke masyarakat sekitar taman nasional. Pada Bulan April 2011 lalu, saya bersama tim gabungan dari berbagai pihak melakukan kegiatan joint patrol bersama ke perbatasan TNKM yang juga berbatasan dengan negara jiran. Sebanyak 8 orang yang berasal dari Polhut TNKM, TNI Perbatasan, Media KOMPAS, WWF dan masyarakat lokal terlibat dalam misi ini. Daerah target berada di kawasan Hulu Sungai Kihan, yang merupakan percabangan dari Sungai Iwan, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. 
Kegiatan ini dilaksanakan karena adanya indikasi kerusakan hutan pada beberapa titik di perbatasan berdasarkan hasil analisis citra Satelit Alos Tahun 2010 ditambah dengan adanya laporan masyarakat lokal yang menyebutkan pernah mendengar adanya aktivitas penebangan di daerah tersebut.

Jarak tempuh ke lokasi tujuan cukup jauh, menghabiskan waktu selama 10 hari PP dengan menggunakan jalur udara, sungai dan darat. Terbang dari Malinau menggunakan pesawat perintis Susi Air ke Long Ampung, ibu kota Kec. Kayan Selatan. Jarak yang ditempuh antara Malinau-Long Ampung adalah berkisar 280 km dan menghabiskan waktu lebih kurang 1 jam dengan pesawat model Cesna Caravan. Logistik untuk 10 hari selama kegiatan juga diangkut menggunakan pesawat ini. Sesampainya di Long Ampung sudah tersedia perahu yang menunggu untuk mengangkut tim patroli dan logistik menuju Kantor Seksi-3 Pengelolaan TNKM.

Desa Long Ampung, Ibukota Kecamatan Kayan Selatan, Kabupaten Malinau. Merupakan Kecamatan perbatasan yang terdekat dengan Malaysia. Daerah terisolir yang sebagian besar penduduknya miskin. Tidak ada jalur darat maupun sungai yang langsung menghubungkan daerah ini dengan ibukota kabupaten Malinau ataupun daerah lainnya di Kaltim. Sehingga sebagian besar bahan pokok berasal dari Malaysia yang biasanya cukup mahal, bahan bakar bensin terkadang bisa mencapai 27.000/liter, demikian halnya dengan kebutuhan pokok lainnya.
Jembatan Long Ampung, dimana Sungai Kayan mengalir dibawahnya. Melalui sungai ini perjalanan dilanjutkan pada hari berikutnya menuju Desa Data Dian, yakni desa yang paling dekat dengan kawasan TNKM di Kecamatan Kayan Hilir.
 
Muara Nawang, merupakan muara yang membatasi daerah Desa Long Ampung dengan Long Nawang. Karena air sungai disini dangkal sehingga para penumpang biasanya berjalan kaki menapaki tepian sungai. Perjalanan kembali dilanjutkan menggunakan perahu ketinting (perahu bermesin) setelah melewati muara ini. 
Sungai Kayan, dengan karakteristik sungai yang lebar mencapai 50-100 meter, berbatu besar dan kecil, warna air yang coklat, hutan yang lebat sepanjang kiri dan kanan sungai serta satwa liar yang masih banyak dijumpai selama perjalanan, berbagai jenis burung yang melintas serta mamalia darat seperti Babi Hutan dan Kancil atau Rusa yang sedang mencari makan dipinggiran sungai. 

Setelah menempuh jarak ± 68 km dalam waktu ± 6 jam menyusuri Sungai Kayan kearah Barat Laut, tim akhirnya sampai ke Desa Data Dian yang merupakan desa terakhir yang paling dekat dengan kawasan TNKM, berada di Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau. 
Desa Data Dian, merupakan salah satu desa penyangga di TNKM. Jumlah penduduk hanya 429 jiwa pada tahun 2009 (Malinau Dalam Angka, 2010), hampir 90% penduduknya masuk dalam kategori miskin dengan mata pencaharian sebagian besar adalah bertani. Tidak ada akses jalan darat dari/dan ke daerah ini, membuat biaya hidup sangat tinggi sehingga kehidupan masyarakat masih jauh dari kata "Cukup". 
Ternak Lebah, bertujan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal Data Dian, dikembangkan oleh pemda setempat dengan dukungan dari WWF Indonesia. Program tersebut berhasil menarik minat warga dan akhirnya masyarakat bisa panen madu tanpa harus masuk jauh kedalam hutan. Akan tetapi permasalahan lainnya muncul, produk madu yang dihasilkan tidak dapat dipasarkan dengan baik karena kendala transportasi, akhirnya produk madu tertumpuk di kantor kecamatan menunggu untuk diterbangkan ke Malinau melalui pesawat perintis MAF.
Setelah berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan juga Koramil setempat, perjalanan menuju perbatasan dilanjutkan dengan menggunakan 3 buah perahu ketinting dari Data Dian. Dengan menyusuri kembali kearah hilir Sungai Kayan kemudian melewati Muara Iwan menuju Sungai Iwan, kemudian sampai di Muara Sungai Lesung, di sekitar muara ini para motoris ketinting menimbun bensin untuk persediaan pulang nanti, hal ini bertujuan untuk mengurangi muatan atau beban perahu. 

 
Setelah itu perjalanan dilanjutkan kembali kearah hulu sungai melawan arus Sungai Iwan, kemudian melewati Muara Semoka dan Giram Kelawit yang berbatu, bentuk sungai yang meliuk-liuk dan banyak giram membuat perjalanan semakin menarik, ditambah pemandangan alam dengan hutan yang masih bagus. Di beberapa daerah disepanjang Sungai Iwan, dulunya  merupakan pemukiman lama yang sudah ditinggalkan sejak puluhan tahun yang lalu. Bekas ladang dan pemukiman sudah menghutan kembali membentuk pola pemandangan yang indah. Sesekali terlihat babi hutan, kancil maupun rusa dan juga monyet sedang mencari makan dipinggiran sungai.

Tepat pada pukul 4 sore, setelah menempuh perjalanan sejauh ± 74 km dari Desa Data Dian, tim sampai di pondok peristirahatan pertama yang biasanya digunakan oleh para pencari gaharu untuk istirahat.


Tenda Darurat.  Hanya menggunakan terpal sebagai atap pondok untuk tempat berlindung, sementara karung yang sudah disiapkan digunakan  sebagai alas tidur yang ditopang oleh kayu membentuk seperti ayunan sehingga tidur lebih nikmat. 
Karung Bed. Kelebihan menggunakan karung sebagai alas tidur yakni simple dan tidak makan tempat, cukup menggunakan kayu yang banyak tersedia dihutan sebagai penopangnya. Selain itu posisi tidur lebih tinggi dari tanah sehingga lebih aman dari pacet maupun binatang lainnya melata lainnya.

Perjalanan yang cukup melelahkan, sepanjang hari basah terkena cipratan air sungai, karena banyaknya giram yang harus dilalui, Tak ayal, setelah makan malam dengan menu yang sudah disiapkan oleh alam, semua anggota tim tewas dalam lelap tidur.

Bersambung.......


3 comments:

  1. dari semua gambar yg di attach, gw sangat tertarik dengan lebah madunya.. skr aktif konsumsi madu dr data dian, belinya di Kabid Konservasi Dishut.. *SEDAP!! :) :)

    ReplyDelete
  2. Wah kok lo ga bilang2 sih, kan gw bisa nitip madu tuh heheh

    ReplyDelete
  3. Nice information, valuable and excellent design, as share good stuff with good ideas and concepts, lots of great information and inspiration, both of which I need, thanks to offer such a helpful information here. canopy membrane

    ReplyDelete