Kegiatan patroli perbatasan ini baru pertama kali saya lakukan setelah lebih dari dua tahun bergabung dengan WWF Malinau. Biasanya kegiatan saya fokus pada pembuatan peta dan dokumen terkait manajemen kawasan konservasi TNKM (Taman Nasional Kayan Mentarang) serta sosialisasi ke masyarakat sekitar taman nasional. Pada Bulan April 2011 lalu, saya bersama tim gabungan dari berbagai pihak melakukan kegiatan joint patrol bersama ke perbatasan TNKM yang juga berbatasan dengan negara jiran. Sebanyak 8 orang yang berasal dari Polhut TNKM, TNI Perbatasan, Media KOMPAS, WWF dan masyarakat lokal terlibat dalam misi ini. Daerah target berada di kawasan Hulu Sungai Kihan, yang merupakan percabangan dari Sungai Iwan, Kecamatan Kayan Hilir, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur.
Kegiatan ini dilaksanakan karena adanya indikasi
kerusakan hutan pada beberapa titik di perbatasan berdasarkan hasil analisis
citra Satelit Alos Tahun 2010 ditambah dengan adanya laporan masyarakat lokal
yang menyebutkan pernah mendengar adanya aktivitas penebangan di daerah
tersebut.
Jarak tempuh ke lokasi tujuan cukup jauh, menghabiskan
waktu selama 10 hari PP dengan menggunakan jalur udara, sungai dan darat.
Terbang dari Malinau menggunakan pesawat perintis Susi Air ke Long Ampung, ibu
kota Kec. Kayan Selatan. Jarak yang ditempuh antara Malinau-Long Ampung adalah
berkisar 280 km dan menghabiskan waktu lebih kurang 1 jam dengan pesawat model
Cesna Caravan. Logistik untuk 10 hari selama kegiatan juga diangkut menggunakan
pesawat ini. Sesampainya di Long Ampung sudah tersedia perahu yang menunggu
untuk mengangkut tim patroli dan logistik menuju Kantor Seksi-3 Pengelolaan
TNKM.
Desa Long Ampung, Ibukota Kecamatan Kayan Selatan, Kabupaten Malinau. Merupakan Kecamatan perbatasan yang terdekat dengan Malaysia. Daerah terisolir yang sebagian besar penduduknya miskin. Tidak ada jalur darat maupun sungai yang langsung menghubungkan daerah ini dengan ibukota kabupaten Malinau ataupun daerah lainnya di Kaltim. Sehingga sebagian besar bahan pokok berasal dari Malaysia yang biasanya cukup mahal, bahan bakar bensin terkadang bisa mencapai 27.000/liter, demikian halnya dengan kebutuhan pokok lainnya.
Jembatan Long Ampung, dimana Sungai Kayan mengalir
dibawahnya. Melalui sungai ini perjalanan dilanjutkan pada hari berikutnya
menuju Desa Data Dian, yakni desa yang paling dekat dengan kawasan TNKM di
Kecamatan Kayan Hilir.
Muara Nawang, merupakan muara yang membatasi daerah Desa
Long Ampung dengan Long Nawang. Karena air sungai disini dangkal sehingga para
penumpang biasanya berjalan kaki menapaki tepian sungai. Perjalanan kembali dilanjutkan
menggunakan perahu ketinting (perahu bermesin) setelah melewati muara ini.
Sungai Kayan, dengan karakteristik sungai yang lebar
mencapai 50-100 meter, berbatu besar dan kecil, warna air yang coklat, hutan
yang lebat sepanjang kiri dan kanan sungai serta satwa liar yang masih banyak dijumpai
selama perjalanan, berbagai jenis burung yang melintas serta mamalia darat
seperti Babi Hutan dan Kancil atau Rusa yang sedang mencari makan dipinggiran
sungai.
Setelah menempuh jarak ± 68
km dalam waktu ± 6 jam menyusuri Sungai Kayan kearah Barat Laut, tim akhirnya sampai ke
Desa Data Dian yang merupakan desa terakhir yang paling dekat
dengan kawasan TNKM, berada di Kecamatan
Kayan Hilir, Kabupaten Malinau.
Desa Data Dian, merupakan salah satu desa penyangga
di TNKM. Jumlah penduduk hanya 429
jiwa pada tahun 2009 (Malinau Dalam Angka, 2010), hampir 90% penduduknya masuk
dalam kategori miskin dengan mata pencaharian sebagian besar adalah bertani. Tidak
ada akses jalan darat dari/dan ke daerah ini, membuat biaya hidup sangat tinggi
sehingga kehidupan masyarakat masih jauh dari kata "Cukup".
Ternak Lebah, bertujan untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat lokal Data Dian, dikembangkan oleh pemda setempat dengan
dukungan dari WWF Indonesia. Program tersebut berhasil menarik minat warga dan
akhirnya masyarakat bisa panen madu tanpa harus masuk jauh kedalam hutan. Akan tetapi
permasalahan lainnya muncul, produk madu yang dihasilkan tidak dapat
dipasarkan dengan baik karena kendala transportasi, akhirnya produk madu
tertumpuk di kantor kecamatan menunggu untuk diterbangkan ke Malinau melalui
pesawat perintis MAF.
Setelah berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan juga Koramil setempat,
perjalanan menuju perbatasan dilanjutkan dengan menggunakan 3 buah perahu
ketinting dari Data Dian. Dengan menyusuri kembali kearah hilir Sungai Kayan kemudian
melewati Muara Iwan menuju Sungai Iwan, kemudian sampai di Muara Sungai Lesung,
di sekitar muara ini para motoris ketinting menimbun bensin untuk persediaan
pulang nanti, hal ini bertujuan untuk mengurangi muatan atau beban perahu.
Setelah
itu perjalanan dilanjutkan kembali kearah hulu sungai melawan arus Sungai Iwan,
kemudian melewati Muara Semoka dan Giram Kelawit yang berbatu, bentuk sungai
yang meliuk-liuk dan banyak giram membuat perjalanan semakin menarik, ditambah
pemandangan alam dengan hutan yang masih bagus. Di beberapa daerah disepanjang
Sungai Iwan, dulunya merupakan pemukiman
lama yang sudah ditinggalkan sejak puluhan tahun yang lalu. Bekas ladang dan
pemukiman sudah menghutan kembali membentuk pola pemandangan yang indah.
Sesekali terlihat babi hutan, kancil maupun rusa dan juga monyet sedang mencari
makan dipinggiran sungai.
Tepat
pada pukul 4 sore, setelah menempuh perjalanan sejauh ± 74 km dari Desa Data
Dian, tim sampai di pondok peristirahatan pertama yang biasanya digunakan oleh
para pencari gaharu untuk istirahat.
Tenda Darurat. Hanya menggunakan terpal sebagai atap pondok
untuk tempat
berlindung, sementara karung yang sudah disiapkan digunakan sebagai alas tidur yang ditopang oleh kayu
membentuk seperti ayunan sehingga tidur lebih nikmat.
Karung Bed. Kelebihan menggunakan karung sebagai
alas tidur yakni simple dan tidak makan tempat, cukup menggunakan kayu yang banyak
tersedia dihutan sebagai penopangnya. Selain itu posisi tidur lebih tinggi dari
tanah sehingga lebih aman dari pacet maupun binatang lainnya melata lainnya.
Perjalanan yang cukup melelahkan, sepanjang hari basah terkena cipratan air sungai, karena banyaknya giram yang harus dilalui, Tak ayal, setelah makan malam dengan menu yang sudah disiapkan oleh alam, semua anggota tim tewas
dalam lelap tidur.
Bersambung.......
dari semua gambar yg di attach, gw sangat tertarik dengan lebah madunya.. skr aktif konsumsi madu dr data dian, belinya di Kabid Konservasi Dishut.. *SEDAP!! :) :)
ReplyDeleteWah kok lo ga bilang2 sih, kan gw bisa nitip madu tuh heheh
ReplyDeleteNice information, valuable and excellent design, as share good stuff with good ideas and concepts, lots of great information and inspiration, both of which I need, thanks to offer such a helpful information here. canopy membrane
ReplyDelete