Hari kelima perjalanan, kondisi topografi semakin curam, sungai-sungai mulai mengecil dan mendangkal dengan banyak
cabang anak sungai. Keberadaan
ikan sungai semakin sedikit atau hampir tidak ada, harapan untuk mancing ikanpun surut bersama surutnya air.Tidak akan ada ikan
untuk menemani makan malam. Suara teriakan kancil dan rusa semakin menghilang. Hanya
ada satu kabar yang cukup menghibur saat itu, daerah perbatasan semakin dekat, kurang lebih 3 km lagi untuk
sampai ke patok batas,
berdasarkan posisi GPS saat itu. Namun kondisi fisik mulai menurun karena kecapean.
Sialnya, tim kehilangan arah dan sempat tersesat. Berdasarkan peta topografi yang
dibawa, seharusnya jalur yang dilalui landai dan tidak menanjak, setelah
dikalibrasi ulang antara GPS dengan peta topografi, sudah bisa dipastikan jalur
yang dilalui tidak tepat, perjalanan menanjak dan curam tersebut sia-sia, hanya
buang waktu dan buang tenaga yang temakin menipis. Setelah beristirahat
sejenak, tim melanjutkan perjalanan menurunin punggung bukit tersebut kemudian
memutar melewati lembah antara bukit. Melewati beberapa anak sungai dan air
terjun kecil yang berundak-undak, seperti anak tangga.
Semakin lama berjalan kondisi topograpi semakin curam, kondisi tajuk pohon yang mulai terbuka dengan didominasi pohon-pohon
berdiameter kecil dan pendek yang diselimuti oleh lumut dan tumbuhan merambat
seperti paku-pakuan. Sepertinya tim mulai memasuki ekositem
pegunungan, beberapa jenis burung pegunungan terbang berkelompok
menghiasi dahan-dahan pepohonan. tidak jauh dari pinggiran sungai, tim mendapati habitat anggrek, dimana banyak
sekali anggrek yang menempel pada pepohonan, ada beberapa yang sedang berbunga
dengan warna coklat pada tengahnya. Ada juga anggrek berukuran kecil, ditemukan pada daerah
yang lebih terbuka di puncak bukit. Flora khas lainnya adalah kantong semar yang memiliki bentuk yang
khas juga dijumpai banyak di daerah tersebut.
Beberapa jenis flora dan fauna yang ditemukan dihabitat pegunungan,
dua jenis anggrek dan dua jenis kantong semar serta seekor burung yang
biasanya hidup didaerah pegunungan dan biasanya berkelompok.
Perjalanan
hari
itu hanya berselang 3-4 jam saja dan hanya menempuh sejauh 2 km jarak
datar dari pondok sebelumnya, kondisi perjalanan yang terus menanjak,
dengan membawa beban yang berat, ditambah lagi beberapa puluh meter
yang sia-sia karena tersesat. Sementara cuaca semakin mendung dan mulai
gerimis, karena pertimbangan-pertimbangan, tersebut akhirnya diputuskan
untuk membuat camp secepatnya sebelum hujan deras, selain itu untuk
menyimpan energi untuk perjalanan besok yang hanya tersisa 1 km menuju
daerah perbatasan.
Putar akal, dengan sedikit minyak
goreng, nasi yang sudah masak tersebut digoreng dicampur bawang yang sudah
diiris ditambah saos yang tinggal sedikit, namun tidak ada ada garam sehingga
rasanya hambar. Rotan muda yang sudah dibakar kemudian dikupas untuk diambil umbut
di bagian dalam yang berwarna putih kemudian dipotong-potong. Jadilah nasi goreng
pahit, karena umbut yang terasa pahit. Nikmat sekali makan malam tersebut
sampai tambah beberapa kali. Benar-benar makan malam yang unik dan menarik,
benar-benar survival di tengah rimba.
Aktivitas yang
dilakukan dari siang sampai malam hari hanya beristirahat, memulihkan tenaga,
sambil memasak nasi untuk makan malam. Tetapi ya hanya memasak nasi
saja, tanpa lauk. Bahkan bumbu dapur seperti garam pun habis, hanya tersisa beberapa butir
bawang merah, sebagian besar bahan makanan tersebut tertinggal di pondok
pertama tempat perahu yang ditinggal termasuk kopi dan minuman penghangat
lainnya. Bahan yang dibawa banyak hanya beras karena itu memang yang paling penting. Beberapa
orang motoris lokal berinisiatif mencari rotan muda ke hutan untuk dijadikan
tambahan lauk, dan pulang membawa beberapa batang rotan muda, lalu kemudian
dibakar di bara api yang sudah tersedia.
Dan hasrat biologis itupun terpenuhi, mempengaruhi rantai
metabolisme selanjutnya, rasa kantuk pun tak terbendung lagi, gemuruh angin dan
dinginnya malam menambah kekhusukan tidur. Tak ayal, bak suara mesin yang
bersaut-sautan sepanjang malam dari tubuh-tubuh yang kosong.
Pagi yang segar mengawali hari, rasa capek telah
berkurang, setelah sarapan dengan menu yang sama, tim pun bergerak bersiap
melanjutkan perjalanan, kali ini tanpa membawa beban karena hanya tinggal satu
km lagi, hanya membawa air minum dan bekal makan siang.
Perjalanan pun dimulai, sejak start awal jalanan mulai
menanjak curam, lutut dan dada pun hampir bertemu, namun semangat pantang
menyerah yang mengiringi perjalanan sampai menemukan patok batas. Kondisi topografi yang landai kemudian agak curam sampai
curam, dengan selisih ketinggian antara pondok terakhir dengan patok batas
pertama lebih kurang 200 meter jarak vertical. Kurang dari dua jam, dengan bantuan GPS dan peta, tim akhirnya mendekati
patok batas yang berada di punggung bukit. Dengan perlahan bergerak mendekati patok batas dan membuat jalan rintis menuju sasaran,
kondisi tegakan hutan sangat rapat dan dinominasi oleh vegetasi pegunungan.
Sampai pada dekat patok baru mulai kelihatan jalan setapak bekas rintisan pada
saat pembuatan patok perbatasan dahulu.
Patok
pertama tersebut ditemukan mulai di ketinggian 1106 mdpl dengan kondisi patok rusak dan berantakan. Nomor patok sudah tidak
dikenali dan tiang besi yang menyangga patok sudah hilang, kemungkinan patok
ini bernomor W1613 atau W1612 yang telah bergeser hampir sepanjang 70 meter
berdasarkan data koordinat yang lama. Patok berikutnya ditemukan berjarak 150 meter dari patok pertama, patok bernomor
W1614 pada ketinggian 1088 mdpl dengan kondisi patok masih baik dan dapat
dikenali dengan jelas. Patok berikutnya
berada pada punggung bukit sebelah barat. Patok W1615 ditemukan pada ketinggian
1073 mdpl dengan kondisi rusak dan tidak dapat dikenali. Pada sisa patok masih
terdapat tiang besi sehingga dapat disimpulkan patok tidak bergeser dari tempat
semestinya.
Betapa senangnya tim
saat akhirnya menemukan patok batas yang dicari, perjuangan beberapa hari itu membuahkan
hasil juga, moment yang tepat untuk diabadikan. Senyummmm :D
Selanjutnya
patok W1617 dan W1618 ditemukan pada ketinggian 1149 dan 1190 mdpl. Kondisi
yang menanjak dan sangat curam sangat menghambat perjalanan ke patok berikutnya
sehingga menghabiskan waktu yang agak lama. Pada perhentian selanjutnya
ditemukan patok 1621 pada ketinggian 1281 mdpl, sepanjang jalan dari patok
W1618 menuju patok 1621 yang berjarak sekitar 400 meter tidak ditemukan
keberadaan patok W1619 dan W1620, kemungkinan patok tersebut hilang atau
tertutupi oleh tumbuhan dan lumut sehingga tidak terlihat dengan jelas.
Patok
berikutnya yang ditemukan pada ketinggian 1336 mdpl adalah W1622, kondisi patok
yang masih bagus dan mudah dikenali dengan warna kuning pada tulisan nomor
patok. Pencarian selanjutnya menemukan patok W1623, W1624,W1626 dan W1627
dilalui dengan jalan yang curam dan licin, dengan ketinggian puncak mencapai
1388 mdpl. Dengan demikian tim patroli perbatasan telah menemukan 11 buah patok batas dan telah diidentifikasi
nomor dan posisi patok tersebut. 1 patok telah rusak dan terserak tanpa adanya
tiang besi ditengahnya. Kemungkinan nomor patok adalah W1612 atau W1613, jika benar maka patok telah
bergeser sejauh 70 meter dari tempat semestinya. 1 patok lainnya juga sudah
rusak akan tetapi masih pada tempatnya dan masih memiliki tiang besi
ditengahnya. 9 patok masih pada posisi masing-masing dengan 4 patok yang masih
dapat diidentifikasi, sementara 5 patok sudah sulit diidentifikasi karna
tertutup oleh lumut dan rusak oleh waktu.
Kondisi
tutupan tajuk di kawasan perbatasan masih cukup baik, masih ditemukan beberapa
pohon besar dengan diameter lebih dari 1.5 meter di sekitar patok batas Negara.
Letak patok yang berada di punggung gunung dengan ketinggian 1000 meter diatas
permukaan laut dengan kemiringan lebih dari 45 persen membuat daerah ini sulit
diakses. Hal ini sangat membantu dalam pengamanan kawasan hutan di TNKM.
Beberapa
Jenis flora dan fauna juga ditemukan disekitar patok batas antara lain beberapa
jenis anggrek dan kantong semar, sedangkan fauna yang sering ditemukan antara
lain beberapa burung yang hidup dipegunungan, burung elang dan enggang sesekali
melintasi tajuk pohon sehingga membuat burung lain berbunyi seperti memberi
tanda bahaya bagi burung lain, tupai atau bajing melintasi ranting-ranting
pepohohonan dan menghilang di lobang-lobang di dalam tanah dan akar pohon.
sepanjang perjalanan banyak ditemukan lobang tempat sarang satwa baik di dalam
tanah di bawah akar pohon dan juga pada pohon-pohon yang sudah mati/lapuk.
Sementara
kondisi hutan yang berada di daerah Malaysia yang dekat dengan perbatasan sudah menjadi hutan sekunder dimana telah terjadi aktivitas penebangan karena dari kejauhan dapat dilihat banyak
jalan logging yang sangat intensif hingga ke daerah-daerah puncak gunung dengan
kelerengan yang cukup curam.
Tidak jauh dari patok batas bernomor W1622, sekitar 1 km jarak
datar dari patok tersebut kearah Malaysia, dapat terlihat dengan jelas
jalan-jalan logging yang berada di punggung bukit/gunung, jalan logging
tersebar merata kesemua tempat hingga mendekati perbatasan. Berdasarkan
pengamatan sementara, penebangan dilakukan secara tebang pilih karena masih
terlihat sisa tegakan yang ditinggal dan mungkin akan dipanen dikemudian hari.
Sepertinya aktivitas logging pada daerah ini dilakukan beberapa tahun lalu
karena sudah tidak terlihat aktivitas yang tinggi didaerah ini.
Karena
penasaran, beberapa
anggota tim terus berjalan
sejauh 1 km dari patok bernomor W1627 kearah Mayasia dengan menuruni punggung gunung
menuju jalan logging yang lebih landai untuk melihat kondisi lebih dekat dan
mengambil beberapa dokumentasi sebagai bukti. Setelah berada pada jalan
logging yang dituju, tidak terlihat adanya log-log kayu dan kendaraan baik besar maupun kecil
yang sedang lalu lalang maupun orang-orang yang sedang beraktivitas. Hanya ditemukan beberapa tong
bahan bakar yang tergeletak di beberapa tempat disepanjang jalan logging.
Selain itu juga ditemukan beberapa penanda dipohon seperti klep untuk informasi
mengenai tegakan dengan tulisan yang sudah memudar.
Setelah mengambil beberapa dokumentasi dari jalan logging tersebut
dan beberapa lokasi lainnya, tim patroli kembali menuju kamp dengan perasaan senang karena target
tujuan telah tercapai. Tidak ada perambahan hutan di hutan TNKM-Indonesia. Semua
kondisi aman dan terkendali sesuai harapan tanpa adanya hambatan yang berarti,
semua terlaksana sesuai perencanaan dan jadwal yang telah disusun sebelumnya. Tim kembali sambil
berjalan santai menikmati pemandangan. Di tengah jalan hujan pun turun dengan
derasnya, seakan turut bersukacita dengan hasil yang diperoleh. Menjelang sore
tim sudah berada di pondok sambil beristirahat dan berdiskusi kecil membahas hasil hari itu.
Bersambung..........
No comments:
Post a Comment