Search...>>

12.16.2011

Patroli Perbatasan Indo-Malaysia (Part 4)

Hari kelima perjalanan, kondisi topografi semakin curam, sungai-sungai mulai mengecil dan mendangkal dengan banyak cabang anak sungai.  Keberadaan  ikan sungai semakin sedikit atau hampir tidak ada, harapan untuk mancing ikanpun surut bersama surutnya air.Tidak akan ada ikan untuk menemani makan malam. Suara teriakan kancil dan rusa semakin menghilang.  Hanya ada satu kabar yang cukup menghibur saat itu, daerah perbatasan semakin dekat, kurang lebih 3 km lagi untuk sampai ke patok batas, berdasarkan posisi GPS saat itu.  Namun kondisi fisik mulai menurun karena kecapean.

Sialnya, tim kehilangan arah dan sempat tersesat. Berdasarkan peta topografi yang dibawa, seharusnya jalur yang dilalui landai dan tidak menanjak, setelah dikalibrasi ulang antara GPS dengan peta topografi, sudah bisa dipastikan jalur yang dilalui tidak tepat, perjalanan menanjak dan curam tersebut sia-sia, hanya buang waktu dan buang tenaga yang temakin menipis. Setelah beristirahat sejenak, tim melanjutkan perjalanan menurunin punggung bukit tersebut kemudian memutar melewati lembah antara bukit. Melewati beberapa anak sungai dan air terjun kecil yang berundak-undak, seperti anak tangga.

Semakin lama berjalan kondisi topograpi semakin curam, kondisi tajuk pohon yang mulai terbuka dengan didominasi pohon-pohon berdiameter kecil dan pendek yang diselimuti oleh lumut dan tumbuhan merambat seperti paku-pakuan. Sepertinya tim mulai memasuki ekositem pegunungan, beberapa jenis burung pegunungan terbang berkelompok menghiasi dahan-dahan pepohonan. tidak jauh dari pinggiran sungai, tim mendapati habitat anggrek, dimana banyak sekali anggrek yang menempel pada pepohonan, ada beberapa yang sedang berbunga dengan warna coklat pada tengahnya. Ada juga anggrek berukuran kecil, ditemukan pada daerah yang lebih terbuka di puncak bukit. Flora khas lainnya adalah kantong semar yang memiliki bentuk yang khas juga dijumpai banyak di daerah tersebut.
Beberapa jenis flora dan fauna yang ditemukan dihabitat pegunungan, dua jenis anggrek dan dua jenis kantong semar serta seekor burung  yang biasanya hidup didaerah pegunungan dan biasanya berkelompok.

Perjalanan hari itu hanya berselang 3-4 jam saja dan hanya menempuh sejauh 2 km jarak datar dari pondok sebelumnya, kondisi perjalanan yang terus menanjak, dengan membawa beban yang berat,  ditambah lagi beberapa puluh meter yang sia-sia karena tersesat. Sementara  cuaca semakin mendung dan mulai gerimis, karena pertimbangan-pertimbangan, tersebut akhirnya diputuskan untuk membuat camp secepatnya sebelum hujan deras,  selain itu untuk menyimpan energi untuk perjalanan besok yang hanya tersisa 1 km menuju daerah perbatasan. 



Aktivitas yang dilakukan dari siang sampai malam hari hanya beristirahat, memulihkan tenaga, sambil  memasak nasi untuk makan malam. Tetapi ya hanya memasak nasi saja, tanpa lauk. Bahkan bumbu dapur seperti garam pun habis, hanya tersisa beberapa butir bawang merah, sebagian besar bahan makanan tersebut tertinggal di pondok pertama tempat perahu yang ditinggal termasuk kopi dan minuman penghangat lainnya. Bahan yang dibawa banyak hanya beras karena itu memang yang paling penting. Beberapa orang motoris lokal berinisiatif mencari rotan muda ke hutan untuk dijadikan tambahan lauk, dan pulang membawa beberapa batang rotan muda, lalu kemudian dibakar di bara api yang sudah tersedia.

Putar akal, dengan sedikit minyak goreng, nasi yang sudah masak tersebut digoreng dicampur bawang yang sudah diiris ditambah saos yang tinggal sedikit, namun tidak ada ada garam sehingga rasanya hambar. Rotan muda yang sudah dibakar kemudian dikupas untuk diambil umbut di bagian dalam yang berwarna putih kemudian dipotong-potong. Jadilah nasi goreng pahit, karena umbut yang terasa pahit. Nikmat sekali makan malam tersebut sampai tambah beberapa kali. Benar-benar makan malam yang unik dan menarik, benar-benar survival di tengah rimba. 
 
Dan hasrat biologis itupun terpenuhi, mempengaruhi rantai metabolisme selanjutnya, rasa kantuk pun tak terbendung lagi, gemuruh angin dan dinginnya malam menambah kekhusukan tidur. Tak ayal, bak suara mesin yang bersaut-sautan sepanjang malam dari tubuh-tubuh yang kosong.

Pagi yang segar mengawali hari, rasa capek telah berkurang, setelah sarapan dengan menu yang sama, tim pun bergerak bersiap melanjutkan perjalanan, kali ini tanpa membawa beban karena hanya tinggal satu km lagi, hanya membawa air minum dan bekal makan siang.


Perjalanan pun dimulai, sejak start awal jalanan mulai menanjak curam, lutut dan dada pun hampir bertemu, namun semangat pantang menyerah yang mengiringi perjalanan sampai menemukan patok batas.  Kondisi topografi yang landai kemudian agak curam sampai curam, dengan selisih ketinggian antara pondok terakhir dengan patok batas pertama  lebih kurang 200 meter jarak vertical. Kurang dari dua jam, dengan bantuan GPS dan peta, tim akhirnya mendekati patok batas yang berada di punggung bukit. Dengan perlahan bergerak mendekati patok batas dan membuat jalan rintis menuju sasaran, kondisi tegakan hutan sangat rapat dan dinominasi oleh vegetasi pegunungan. Sampai pada dekat patok baru mulai kelihatan jalan setapak bekas rintisan pada saat pembuatan patok perbatasan dahulu.

Patok pertama tersebut ditemukan mulai di ketinggian 1106 mdpl dengan kondisi patok rusak dan berantakan. Nomor patok sudah tidak dikenali dan tiang besi yang menyangga patok sudah hilang, kemungkinan patok ini bernomor W1613 atau W1612 yang telah bergeser hampir sepanjang 70 meter berdasarkan data koordinat yang lama. Patok berikutnya ditemukan berjarak  150 meter dari patok pertama, patok bernomor W1614 pada ketinggian 1088 mdpl dengan kondisi patok masih baik dan dapat dikenali dengan jelas.  Patok berikutnya berada pada punggung bukit sebelah barat. Patok W1615 ditemukan pada ketinggian 1073 mdpl dengan kondisi rusak dan tidak dapat dikenali. Pada sisa patok masih terdapat tiang besi sehingga dapat disimpulkan patok tidak bergeser dari tempat semestinya.

Betapa senangnya tim saat akhirnya menemukan patok batas yang dicari, perjuangan beberapa hari itu membuahkan hasil juga, moment yang tepat untuk diabadikan. Senyummmm :D

Selanjutnya patok W1617 dan W1618 ditemukan pada ketinggian 1149 dan 1190 mdpl. Kondisi yang menanjak dan sangat curam sangat menghambat perjalanan ke patok berikutnya sehingga menghabiskan waktu yang agak lama. Pada perhentian selanjutnya ditemukan patok 1621 pada ketinggian 1281 mdpl, sepanjang jalan dari patok W1618 menuju patok 1621 yang berjarak sekitar 400 meter tidak ditemukan keberadaan patok W1619 dan W1620, kemungkinan patok tersebut hilang atau tertutupi oleh tumbuhan dan lumut sehingga tidak terlihat dengan jelas.

Patok berikutnya yang ditemukan pada ketinggian 1336 mdpl adalah W1622, kondisi patok yang masih bagus dan mudah dikenali dengan warna kuning pada tulisan nomor patok. Pencarian selanjutnya menemukan patok W1623, W1624,W1626 dan W1627 dilalui dengan jalan yang curam dan licin, dengan ketinggian puncak mencapai 1388 mdpl. Dengan demikian tim patroli perbatasan telah menemukan  11 buah patok batas dan telah diidentifikasi nomor dan posisi patok tersebut. 1 patok telah rusak dan terserak tanpa adanya tiang besi ditengahnya. Kemungkinan nomor patok adalah W1612 atau W1613, jika benar maka patok telah bergeser sejauh 70 meter dari tempat semestinya. 1 patok lainnya juga sudah rusak akan tetapi masih pada tempatnya dan masih memiliki tiang besi ditengahnya. 9 patok masih pada posisi masing-masing dengan 4 patok yang masih dapat diidentifikasi, sementara 5 patok sudah sulit diidentifikasi karna tertutup oleh lumut dan rusak oleh waktu.

Kondisi tutupan tajuk di kawasan perbatasan masih cukup baik, masih ditemukan beberapa pohon besar dengan diameter lebih dari 1.5 meter di sekitar patok batas Negara. Letak patok yang berada di punggung gunung dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lebih dari 45 persen membuat daerah ini sulit diakses. Hal ini sangat membantu dalam pengamanan kawasan hutan di TNKM.
 
Beberapa Jenis flora dan fauna juga ditemukan disekitar patok batas antara lain beberapa jenis anggrek dan kantong semar, sedangkan fauna yang sering ditemukan antara lain beberapa burung yang hidup dipegunungan, burung elang dan enggang sesekali melintasi tajuk pohon sehingga membuat burung lain berbunyi seperti memberi tanda bahaya bagi burung lain, tupai atau bajing melintasi ranting-ranting pepohohonan dan menghilang di lobang-lobang di dalam tanah dan akar pohon. sepanjang perjalanan banyak ditemukan lobang tempat sarang satwa baik di dalam tanah di bawah akar pohon dan juga pada pohon-pohon yang sudah mati/lapuk.

Sementara kondisi hutan yang berada di daerah Malaysia yang dekat dengan perbatasan sudah menjadi hutan sekunder dimana telah terjadi aktivitas penebangan  karena dari kejauhan dapat dilihat banyak jalan logging yang sangat intensif hingga ke daerah-daerah puncak gunung dengan kelerengan yang cukup curam.

Tidak jauh dari patok batas bernomor W1622, sekitar 1 km jarak datar dari patok tersebut kearah Malaysia, dapat terlihat dengan jelas jalan-jalan logging yang berada di punggung bukit/gunung, jalan logging tersebar merata kesemua tempat hingga mendekati perbatasan. Berdasarkan pengamatan sementara, penebangan dilakukan secara tebang pilih karena masih terlihat sisa tegakan yang ditinggal dan mungkin akan dipanen dikemudian hari. Sepertinya aktivitas logging pada daerah ini dilakukan beberapa tahun lalu karena sudah tidak terlihat aktivitas yang tinggi didaerah ini.
 
Karena penasaran, beberapa anggota tim terus berjalan sejauh 1 km dari patok bernomor W1627 kearah Mayasia dengan menuruni punggung gunung menuju jalan logging yang lebih landai untuk melihat kondisi lebih dekat dan mengambil beberapa dokumentasi sebagai bukti. Setelah berada pada jalan logging yang dituju, tidak terlihat adanya log-log kayu dan kendaraan baik besar maupun kecil yang sedang lalu lalang maupun orang-orang yang sedang  beraktivitas. Hanya ditemukan beberapa tong bahan bakar yang tergeletak di beberapa tempat disepanjang jalan logging. Selain itu juga ditemukan beberapa penanda dipohon seperti klep untuk informasi mengenai tegakan dengan tulisan yang sudah memudar.

Setelah mengambil beberapa dokumentasi dari jalan logging tersebut dan beberapa lokasi lainnya, tim patroli kembali menuju kamp dengan perasaan senang karena target tujuan telah tercapai. Tidak ada perambahan hutan di hutan TNKM-Indonesia. Semua kondisi aman dan terkendali sesuai harapan tanpa adanya hambatan yang berarti, semua terlaksana sesuai perencanaan dan jadwal yang telah disusun sebelumnya.  Tim kembali sambil berjalan santai menikmati pemandangan. Di tengah jalan hujan pun turun dengan derasnya, seakan turut bersukacita dengan hasil yang diperoleh. Menjelang sore tim sudah berada di pondok  sambil beristirahat dan berdiskusi kecil membahas hasil hari itu.


Bersambung..........

No comments:

Post a Comment