Malam itu sangat cepat berlalu, rasanya seperti tidur
beberapa menit saja. Dinginnya pagi hari membuat betah berlama-lama di dalam
sleeping bag beralaskan karung beras. Sekitar pukul 7 pagi, sebagian sibuk packing
barang sementara lainnya sibuk masak untuk sarapan pagi dan bekal untuk makan
siang. Sekitar pukul 9 pagi tim siap melanjutkan perjalanan.
Perjalan hari ketiga. Tim dibagi menjadi dua kelompok yakni tim darat dan tim air. Perjalanan harus dibagi dua kelompok karena kondisi sungai yang tidak memungkinkan untuk dilewati perahu beserta muatan yang banyak. Giram yang tinggi dan air sungai yang dangkal telah menanti di depan.
Giram Muara Nyatoh. Kondisi giram yang cukup tinggi hingga
perahu terpaksa diangkat dan di dorong oleh para motoris. Sementara tim darat
sudah berjalan lewat jalur darat.
Para motoris dan juru
batu bekerja keras menarik perahu yang telah dipisahkan dari
mesin dan muatannya. Mesin
dan logistic nantinya akan diangkut satu persatu melewati giram tesebut.
Tim Darat, dengan membawa tas dan logistic masing-masing
untuk berjalan melewati jalan setapak yang memotong beberapa bukit lalu
menyusuri lembah dan anak sungai yang bermuara ke sungai yang lebih besar yang dijadikan tempat
bertemunya kedua tim.
Sepanjang
perjalanan, tim darat sering
berpapasan dengan babi hutan yang sedang mencari
makan sendiri maupun berkelompok, dikejauhan terdengar teriakan khas rusa dan kijang sebagai reaksi mereka akan kehadiran manusia. Selain itu banyak juga dijumpai jejak satwa liar di tanah yang berlumpur, beberapa lobang/sarang yang ditemukan baik ditanah, diakar maupun dipepohonan
sehingga dapat disimpulkan kondisi habitat flora dan fauna yang masih cukup bagus dan terlindungi.
Tak berapa lama, suara tembakan senapan terdengar beberapa
meter didepan. Saya yang berjalan paling belakang segera bergegas mencari tahu
apa yang terjadi. Ternyata Pak Kas yang berada paling depan dan membawa senjata
api, sedang berburu binatang untuk dijadikan lauk, kali ini babi malang ini menjadi
korbannya. Babi tersebut kemudian ditandu dan dibawa sampai ketepian sungai.
Perjalanan
darat tersebut hanya menghabiskan waktu lebih kurang 1-2 jam hingga sampai ke titik pertemuan. Berselang 1,5 jam tim sungai yang terdiri dari para motoris dan juru batu akhirnya sampai juga. Setelah istirahat
sejenak, perjalanan dilanjutkan kembali melalui
sungai, menempuh tak kurang dari 20 km kearah barat mendekati perbatasan RI-Malaysia.
Melewati
giram dan sungai yang semakin mendangkal, akhirnya perjalanan sampai di pondok kedua.
Seperti pondok sebelumnya, ini juga merupakan bekas pondok para pencari gaharu,
Camp 2, Muara Nyatoh. Tim bergotong
royong membangun camp untuk peristirahatan. Camp yang unik dan khas para
pencari gaharu. Hanya memerlukan terpal sebagai atap dan karung sebagai alas
tidur serta tali secukupnya sementara kayu penopang banyak tersedia di hutan.
Setelah camp berdiri kokoh, beberapa motoris pergi
menjala ikan kedaerah hulu untuk dijadikan lauk makan, karena tidak semua
anggota tim makan babi, terutama bagi yang muslim. Tidak sampai satu jam
motoris tadi kembali membawa beberapa ekor ikan yang cukup untuk satu malam.
Dengan sigap saya dan beberapa rekan lain turun tangan untuk mengolah ikan
tersebut.
Beginilah tampilan ikan yang sudah siap dibakar dan digoreng. Sungguh nikmat
rasanya, hanya hitungan menit saja ikan telah lenyap dari tempatnya, dihabisin
oleh orang orang yang kelaparan dan kedinginan.
Bersambung......
BABI...nya sereeeemmmm muahahahhaa. mantap lanjutkan broo share foto2 cadass :))
ReplyDeleteHeheheheheh, banyak nih tp time is running out euy..
ReplyDelete