Search...>>

1.21.2012

The Townsville's Indigenous Bush Experience

Minggu pertama IAP (Introductory Academic Program) untuk mahasiswa penerima beasiswa AUSAid di JCU (James Cook University) diakhiri dengan field trip mengunjungi beberapa tempat yang eksotis di Townsville, Australia. Tempat pertama yang dikunjungi adalah The Townsville's Indigenous Bush Experience yang berlokasi tidak jauh dari pusat kota. Wisata yang ditawarkan disini adalah perjalanan melewati wilayah masyarakat Wulgurukaba dan Bindal di Townsville yang berupa hutan pantai dan semak-belukar. Dengan dibantu oleh Guide local yang yang bercerita mengenai tradisi dan kebudayaan setempat dalam memanfaatkan berbagai jenis tanaman, semacam wisata etnobotani, dia mengenalkan kepada wisatawan berbagai jenis tanaman yang bermanfaat bagi masyarakat aborigin lokal dimasa lalu, ada yang digunakan untuk makanan sehari-hari, tanaman obat dan berbagai tanaman berkhasiat lainnya. 
Antusias teman-teman IAP yang serius mendengarkan cerita dari guide local suku asli aborigin di Towbsville.



Selain itu local guide tersebut juga mengenalkan beberapa tools yang digunakan untuk berburu secara tradisional, salah satu alat yang diperkenalkan merupakan alat yang sudah sangat terkenal di dunia persilatan internasional dan merupakan simbol dan kebanggaan Warga Australia, yakni BOOMERANG. 

Ternyata jenis bumerang ini ada bermacam-macam sesuai fungsi dan daerah asalnya. Jenis bumerang yang digunakan didaerah hutan tropis sedikit berbeda dengan jenis bumerang yang digunakan di daerah gurun. Ukuran dan bentuk juga berbeda. Berdasarkan cerita yang saya dengar dari local guidenya ternyata bumerang yang kita kenal selama ini yang berbentuk V yang melebar kesamping adalah alat yang digunakan sebagai umpan untuk menangkap binatang seperti kangguru, burung dan binatang lainnya. Sebagai contoh, di daerah hutan tropis, bumerang digunakan untuk menangkap burung yang ada di atas pohon yang tinggi, Bumerang dilempar kearah burung tersebut bukan untuk menjatuhkannya tapi untuk menarik perhatian burung tersebut untuk mengikuti gerakan unik bumerang yang pada akhirnya menggiring burung tersebut kearah dimana bumerang dilempar, setelah sebelumnya pemburu local sudah menyiapkan jaring atau net yang terbuat dari tumbuhan yang merambat disekitar hutan untuk menangkap burung tersebut. Ada juga bumerang yang bentuknya tidak simetris, dengan panjang lengan kiri dan kanan berbeda, untuk membuat pusing burung yang mau ditangkap, ada juga jenis yang digunakan untuk menjatuhkan kangguru dengan dari jauh, bentuknya khusus untuk mematahkan kaki kangguru dari jauh supaya tidak bisa lari atau melompat. Benar-benar peralataan yang cukup canggih dimasanya, sesuai dengan tujuannya untuk survive didaerah dengan kondisi yang sangat ekstrem seperti di gurun, dimana makanan sangat susah diperoleh.

Sementara alat lain yang dikenalkan kepada pengunjung adalah keranjang untuk membawa makanan di hutan, alat pukul seperti tongkat, tombak yang digunakan selain untuk berburu juga untuk menghukum anggota keluarga yang berbuat salah, dan alat lainnya yang digunakan baik untuk berburu oleh kaum pria ataupun alat untuk masak bagi para ibu. Ada juga alat instrumen musik yang cukup terkenal, yakni DIDJERIDOO. Terbuat dari bahan kayu yang tengahnya berlobang, alat musik tiup ini mengeluarkan bunyi yang khas dan enak didengar. 

Setelah menikmati suguhan kebudayaan Suku Aborigin langsung di lapangan, rombongan melanjutkan perjalanan menuju The Cultural Centre di pusat kota Townsvile, ditempat ini terdapat beberapa artefak atau peninggalan sejarah Warga Aborigin, tetapi sayang sekali karena tidak boleh menggunakan kamera di tempat ini, jadi saya tidak bisa ambil fotonya. Kami hanya melakukan diskusi dan tanya jawab mengenai indigenous culture dengan guide tournya yang sepertinya sangat menguasai dan mengetahui secara detail mengenai budayanya.  Selain itu ditempat ini ada panggung yang digunakan untuk pentas seni pertunjukan daerah, dan disebelah panggung terdapat toko yang menjual kerajinan tangan seperti bumerang, didjerido, lukisan dan lainnya, dengan harga yang lumayan mahal untuk kelas pelajar seperti saya, untuk satu lukisan saja ukuran A1 harganya bisa mencapai AUS$900, tapi memang lukisannya juga cukup bagus.
Local guide sedang bercerita mengenai makna dan arti dari bendera mereka termasuk bendera Australia, bercerita mengenai simbol telapak tangan yang mewakili setiap individu dikeluarganya, seperti fingerprint jaman sekarang, mereka bisa mengetahui identitas pemilik simbol tangan tersebut dengan hanya melihat gambar telapak yang biasanya terpampang di bebatuan sekitar tempat tinggal mereka, Selain itu dia bercerita panjang lebar mengenai sejarah kehidupan bangsanya dari dulu hingga sekarang.

Dalam benak saya berfikir bahwa kebudayaan Indonesia sebenarnya jauh lebih beragam dan lebih unik, tetapi karena pengelolaan dan pelestarian yang kurang baik serta kurangnya perhatian dari pemerintah baik pusat dan daerah membuat potensi tersebut tidak berkembang dan cenderung terkikis oleh perubahan jaman, ya mudah-mudahan saja generasi mendatang bisa melestarikannya dengan baik dan bisa menjadi nilai jual yang tinggi yang dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa ini dimata dunia dan bukan sebaliknya  yakni dengan menjual adat-istiadat serta kebudayaan hanya untuk sesuap nasi dan segenggam berlian. 

Waspadalah......Waspadalah......  :D


2 comments:

  1. keren bang! jadi dapet info baru lagi nih saya :)

    btw boomerang udah mulai ngetrend untuk olahraga juga lhoo di indonesia~ baru tau juga bentuknya ternyata macem2 yaa?

    ReplyDelete