Search...>>

1.15.2012

Welcome to Townsville, Australia

Perjalanan panjang yang melelahkan menuju Townsville, menghabiskan waktu kira-kira 16 jam perjalanan dari Jakarta dengan menggunakan maskapai penerbangan Qantas, mampir beberapa jam  di Sydney dan Brisbanne untuk transit pindah pesawat. Pesawat dari Jakarta berangkat pukul 20.20 WIB, sampai di Sydney sekitar pukul 7.30 pagi waktu setempat atau sekitar pukul 03.45 dinihari di Indonesia karena ada perbedaan 3 jam lebih cepat. Jantung berdebar-debar saat melewati customs (Lembaga Imigrasi  Australia) di Sydney untuk pemerikasaan barang bawaan, karena ingat dengan pesan Barbara saat kursus di IALF beberapa bulan lalu, ada beberapa barang yang harus di declare saat melewati customs di seperti makanan baik mentah maupun olahan, obat-obatan dan barang-barang lainnya yang dilarang atau barang yang dagangan yang illegal, untung saja tidak ada masalah selama pemeriksaan mengingat tas hanya berisikan pakaian dan beberapa bungkus indomie dan satu tas kecil yang berisi berbagai macam obat-obatan sehari-hari. Pemeriksaan sangat ketat, selain banyak petugas yang memeriksa semua barang bawaan penumpang, juga dikerahkan beberapa anjing kecil yang bisa mengendus barang-barang yang dilarang dibawa masuk ke Australia.

Setelah melewati customs, para penumpang pindah terminal dengan menggunakan bus yang berjalan menuju gedung lain untuk penerbangan domestik. Di dalamnya terdapat sejumlah terminal/gate sesuai tujuan penerbangan dari sydney menuju kota lainnya di Australia. Petunjuknya cukup jelas dan mudah dimengerti, lalu saya menuju gate 10 untuk penerbangan dari Sydney menuju Brisbanne, menunggu hampir 3 jam di tempat duduk sambil terkantuk-kantuk. Perjalanan kurang mengasikkan karena tidak ada teman ngobrol, jadi selama perjalanan hanya duduk, nonton, tidur atau membaca buku. Seampainya di Brisbanne, saya sempat panik karna terkecoh oleh perbedaan waktu antara Sydney dan Brisbanne. Saya tidak tau ada perbedaan satu jam lebih lama di Brisbanne, jadi pas sampai di Brisbanne, jam tangan saya menunjukkan hampir pukul dua siang, sementara di tiket penerbangan menuju Townsvile pukul 1.45 siang. Karena panik, dengan membawa travel bag saya berjalan cepat menuju gate 20, sesampainya disana penumpang masih sepi dan tidak ada petugas yang berjaga, tidak ada keterangan apakah pesawat sudah terbang atau delay atau informasi lainnya, ternyata pas lihat jam di Bandara ternyata masih pukul 1 siang, hahahah ternyata saya satu jam lebih cepat, dengan perasaan lega lalu saya duduk menunggu lagi. Mata sangat ngantuk, tapi karena takut ketinggalan pesawat jadi saya hanya membaca buku, sesekali melihat penumpang lain yang mulai berdatangan satu-persatu, mencoba mencari-cari wajah-wajah Indo tapi semuanya warga lokal, hemmm tidak ada teman ngobrol lagi, jadi merasa seperti tersasar di dunia lain.

Penerbangan ke Townsville sekitar satu setengah jam dari Brisbanne, setelah sampai dan mengambil bagasi saya keluar bandara menunggu kakak kelas yang akan menjemput, tidak ada nomor HP yang bisa di hub, saya hanya pasrah menunggu karena yakin pasti ada yang menjemput dari perwakilan mahasiswa Indonesia disini, tidak lama, orang yang dinanti telah tiba, Mas Wellem dan Mas Ardi datang men jemput, mereka juga mahasiswa ADS yang kuliah di Jamescook University di Townsville.

Suasana Kota kecil Townsville, Australia bagian Queensland

Suasana jalanan yang tidak terlalu ramai, tidak ada yang namanya macet disini, tidak ada angkot yang berwarna-warni seperti di Bogor or Jakarta, umumnya warga lokal mengendarai mobil sendiri atau menggunakan bus umum, sepeda motor juga sepi dan sepertinya benda itu adalah barang yang eksklusif.


Cuaca sangat panas, mirip cuaca di Kalimantan Timur, mungkin lebih panas sedikit, kira-kira suhu 32 derajat celcius. Dengan mengendarai mobil jenis sedan, kamipun bergerak dari bandara menuju 8 Borral Street di Cranbrook, tempat saya akan menginap selama sebulan di Townsville, bersama orang Indonesia lainnya, disini termasuk murah karena hanya $Aus 120/week.

8 Borral Street , Cranbrook, Queensland 4818

Saya tinggal satu rumah dengan 3 orang indonesia lainnya yang tidak lain adalah student disini juga, satu orang membawa turut serta anak dan istrinya, sedangkan yang dua lainnya sama seperti saya hanya bawa diri sendiri. Sejauh ini mereka sangat baik sekali dan sering membantu dalam hal makanan ataupun memberikan informasi yang penting untuk saya ketahui. Enaknya tinggal dirumah ini adalah alat masak seperti kompor, oven, hitter kulkas dan lainnya sudah tersedia jadi kita hanya tinggal beli bahan aja buat dimasak. Disini ga ada warung makanan kecuali fast food seperti McD atau KFC, yang tentunya sangat diragukan ke halal-annya. But this is interesting, jadi mau tidak mau harus belajar masak sendiri!!..

Keesokan harinya, Mas Wellem mengantarkan saya ke Kampus Jamescook University untuk mengurus hal-hal yang penting, seperti ketemu International Liason Officer ADS untuk mendapatkan informasi mengenai kemahasiswaan dan jadwal IAP (Introductory Academic program)  dan jadwal perkuliahan  serta pembukaan rekening tabungan, karena beasiswa saya akan masuk melalui rekening tersebut. Kampusnya sangat asyik, mirip dengan IPB karena sekitar kampus masih banyak pepohonan dan satwa liarnya masih sering dijumpai, bahkan katanya kalau kita beruntung bisa ketemu kangguru liar disekitar kampus. 



Suasana di kampus musim liburan, cukup sepi, hanya beberapa orang yang hilir mudik dengan kesibukannya sendiri. Sepertinya saya akan sangat menyukai kampus dan kota ini walau hanya sebulan saja, untuk perkuliahan nanti saya akan pindah ke Kampus JCU di Cairns, sekitar 4 jam perjalanan darat dari Townsville kearah utara, dekat dengan The Great Barrier Reff yang cukup terkenal dengan corral reefnya.

1 comment:

  1. Waktu pertama kali aku ke Australia, keluar dulu di Sydney dan menginap satu malam. Segitu kota gede aja masih sepi sampai pertanyaan pertama saya ke teman yang menjemput adalah: "Kemana orang-orang, pada libur ya?" Diketawain deh hehe...

    ReplyDelete