Search...>>

12.19.2011

Patroli Perbatasan Indo-Malaysia (Part 5-Habis)

Perjalanan hari keenam. Tugas dan kewajiban sudah dilaksanakan, patroli perbatasan TNKM di wilayah perbatasan NKRI terlasana dengan baik. Walau kondisi tubuh semakin menurun karena kecapean dan kurang nutrisi, sudah dua malam hanya makan nasi putih dengan lauk nasi putih juga, berharap diperjalanan pulang ketemu sumber protein sebagai penambah nafsu makan. Untungnya beban yang dibawa turun semakin ringan, karena sebagian perbekalan  diperjalanan sudah habis, hanya bersisa beberapa liter beras.

Perjalanan pulang hari itu direncanakan  langsung sampai ke pondok dua tanpa harus menginap di pondok tiga. Hal ini untuk menghemat waktu dan mungkin perjalanan akan lebih cepat karena medan yang dilewati sedikit menurun. Jarak antara pondok terakhir dengan kedua lebih kurang 5 km jarak datar di peta, jarak sebenarnya mungkin dua kali lipat dari jarak tersebut.

Jalan yang dilalui sebagian besar adalah sama dengan jalur yang dilewati beberapa hari lalu. Situasi dan kondisi juga mirip, beraneka ragam satwa dan flora ditemui di sepanjang jalan pulang. Selama diperjalanan saya pun menyempatkan untuk memotret obyek yang saya lihat dengan menggunakan kamera Nikon milik kantor dengan hasil lumayan, lumayan bagus dan juga lumayan buruk, hal ini disebabkan karena saya belum bisa mengoperasikannya dengan baik.

Para motoris dan orang lokal yang memandu perjalanan ini sudah jauh berada di depan, kecepatan dan kelihaian mereka berjalan di dalam hutan sangat luar biasa, mungkin karena sudah sering keluar masuk hutan. Sementara anggota tim lainnya jauh tertinggal dibelakang termasuk saya. Beberapakali teringgal dan tersesat ditengah jalan, pacet yang menempel ditubuh sudah tidak lagi dihiraukan, kaki dan baju yang tersangkut duri rotan juga diabaikan, yang penting cepat sampai ketujuan. Tim pun terpecah karena kecepatan bergerak tiap orang berbeda-beda. Tercatat lebih dari dua kali tersesat selam perjalanan, tim kecil yang tersesat biasanya dipandu dengan suara tembakan sebanyak 1-3 kali, dengan demikian mereka akan mengikuti arah suara tembakan dan kembali kejalur yang tepat. 

Ditengah jalan saya dikejutkan dengan bangkai binatang yang masih segar, teronggok dipinggir sungai yang hampir terbawa aliran sungai. Darah merah masih mengalir dari bagian tubuhnya yang terkoyak . Tidak tahu apa jenisnya, sekilas mirip beruang karena bulunya hitam, akan tetapi moncongnya lebih panjang dengan kumis panjang seperti berang berang. Sangat disayangkan, sepertinya habis dibunuh oleh pemandu lokal yang berjalan didepan. Sepertinya bunyi suara tembakan yang sebelumnya terdengar bersumber dari sini, mereka tidak hanya memburu babi tapi semua mamalia hidup yang bisa dimakan terkecuali manusia. Satwa yang malang, saya tidak bisa berbuat apa-apa, semua telah terjadi, dan bila itu terjadi dihadapan saya, saya juga tidak bisa melarang mereka membunuhnya, karena memang kebutuhan hidup, mereka butuh lauk untuk dimakan, namun buat saya, memakan nasi saja sudah cukup. Saya terus melanjutkan perjalanan karena sudah tertinggal jauh, terlalu lama merenungi kematian satwa tersebut. 

Tinggal 1,5 kilometer lagi menuju kamp dua, tenaga sudah minim, perut lapar keroncongan. Kami beristirahat untuk makan siang di pinggir sungai dibawah pohon yang rindang. Sejenak membersihkan diri dari kotoran maupun pacet yang menempel ditubuh, kamipun makan siang, hanya nasi putih dan sedikit mie goreng, namun cukup untuk mengusir angin dalam perut. Hampir pukul dua lebih, perjalananpun berlanjut, sambil tertatih, membawa tas yang seharusnya ringan akan tetapi lama kelamaan terasa semakin berat. Tim berjalan terus dan terus dan akhirnya sampai di kamp. Tanpa berpikir panjang saya langsung membanting tas lalu merebahkan diri di tiang kayu yang tersedia. Sungguh perjalanan yang melelahkan. Untuk beberapa saat saya mencoba memejamkan mata, mencoba merasakan sumber rasa nyeri di beberapa bagian tubuh, sambil menunggu teman yang  lain yang belum sampai.

Setelah nafas mulai kembali teratur dan rasa lelah berkurang, saya berjalan melihat keadaan sekitar. Betapa mirisnya saya melihat seseorang yang sedang memotong-motong daging, sepertinya daging satwa yang ditemukan dalam perjalanan tadi siang   dugaan saya benar, satwa tersebut akan dijadikan lauk makan malam. Tidak hanya itu, mereka juga membunuh beruang madu, terlihat dari sisa kuku dan tengkorak yang mereka ambil untuk dibawa pulang. Tidak sampai disitu, mereka juga telah menangkap dua ekor burung Cicak Rowo. Beruang madu adalah jenis yang dilindungi, mereka diburu biasanya untuk diperdagangkan. Empedu dan bagian tubuh satwa ini terkenal akan harganya yang mahal. Sementara Cicak Rowo adalah burung yang mahal harganya karena suaranya yang indah. Status burung ini dalam IUCN (International Union for Concervation of Nature) adalah Vulnarable., artinya populasi yang terus menurun akibat perburuan liar. Seorang lagi sedang membersihkan kayu gaharu dari bagian yang tidak diperlukan. Gaharu adalah jenis kayu yang mahal karena keharumannya yang berasal dari pohon jenis Aquilaria yang terinfeksi jamur.

Tapi apalah arti status dilindungi ataupun vulnarable bagi orang lokal yang keseharian hidupnya keluar masuk hutan demi untuk menafkahi keluarganya. Saya yakin bahwa kearifan masyarakat lokal dalam memanfaatkan hutan yang secara turun temurun diwariskan oleh nenek moyanglah yang membuat hutan tersebut lestari. Mereka hanya memanfaatkan hutan seperlunya, tidak untuk mengeksploitasi dalam skala besar.  Tantangan konservasi saat ini begitu berat, disamping ingin mengawetkan keanekaragaman hayati di kawasan ini, kesejahteraan masyarakat lokal juga perlu diperhatikan. Adalah suatu pilihan yang sulit antara melastarikan keanekaragaman flora fauna atau melastarikan masyarakat Indonesia, yang jelas keduanya perlu dilestarikan. Saya benar-benar banyak mendapat informasi dan pelajaran saat itu dengan melihat realita yang terjadi sebenarnya dilapangan. Saya berharap dapat melakukan sesuatu dan menemukan solusi yang tepat untuk permasalahan rumit ini.

Sorepun berganti malam, bintang-bintang bersinar redup, suara nyamuk dan serangga malam lainnya bersorak sorai menyambut malam. Sesekali terdengar ringkihan rusa dikejauhan. Malam semakin larut dan rasa kantukpun merajalela. Berharap bisa tidur nyenyak malam itu agar besok segar kembali, melanjutkan sisa-sisa perjalanan. 

Esoknya, seperti hari sebelumnya. Mandi, sarapan dan mengemas semua barang untuk melanjutkan perjalanan melalui jalur sungai. Air sungai bertambah surut dari hari-hari sebelumnya karena beberapa hari hujan tidak turun. Hal ini membuat perjalanan melambat, sesekali penumpang harus turun ke sungai untuk mendorong perahu. 

Pemandangan yang sama dengan sebelumnya, beberapa kali terlihat kawanan babi di pinggiran sungai sedang menggali tanah mencari makan. Pelanduk dan rusa yang terdiam melihat perahu yang melintas serta burung elang yang melintas diudara mencari mangsa segar. 
Akhirnya sampai juga ke pinggiran sungai, dimana tim akan kembali dibagi dua untuk mengambil jalur yang berbeda yakni sungai dan darat. Hal ini untuk mengurangi muatan perahu sewaktu melewati Giram yang tinggi. Kedua tim pun berpisah dan akan bertemu di bekas pondok pertama tempat bermalam beberapa hari yang lalu. Tim darat mulai berjalan mengikuti anak sungai lalu menaiki punggung bukit. Tepat di punggung bukit, kami melihat pemandangan yang jarang sekali ditemui. Ada sepasang beruang madu yang sedang mencari makan. Biasanya mereka akan pergi bila mencium kehadiran manusia. Akan tetapi karena posisi tim berada di lembah sedangkan beruang tersebut berada di punggung bukit, mereka tidak menyadarinya. Sepertinya sedang sibuk mencari makan di pohon yang membusuk di lantai hutan, menikmati setiap ekor rayap yang ada di pohon busuk tersebut
Perlahan saya dan teman yang membawa senjata mendekati beruang tersebut untuk tujan mengambil foto dari jarak dekat, senjata akan digunakan bila terjadi hal yang tidak diinginkan. Mengetahui kehadiran manusia, kedua beruang tersebut pun berpisah, yang satu menaiki pohon sementara beruang yang lebih besar berjalan menuruni bukit melalui jalur sungai kecil dan menghilang pada rimbunan tumbuhan. Dengan semangat 45 saya mencoba mengambil foto beruang yang berada di pohon tersebut. Karena beruang tersebut sangat lihai sehingga dalam hitungan detik sudah berada diujung pohon yang tinggi. Saya hanya berhasil mengambil beberapa gambar dan tidak begitu jelas. 
Jenis beruang ini diperkirakan adalah beruang madu/Sun Bear (Helarctos malayanus), merupakan mamalia omnivore dengan ekor pendek dan bercak putih membentuk huruf V didadanya. Beruang ini memiliki indera penciuman yang sangat baik, akan tetapi memiliki indra penglihatan dan pendengaran yang kurang baik. Beruang ini merupakan beruang yang hanya satu species ditemukan di Pulau Borneo dan merupakan beruang terkecil di dunia (JiCA, 1994).

Tingginya intensitas pertemuan dengan beruang madu maupun satwa liar lainnya mengandung arti bahwa kawasan hutan TNKM khususnya di daerah Hulu Sungai Kihan, SPTN 3 TNKM masih sangat bagus. Populasi dan habitat satwa liar masih terjaga. Semoga kawasan ini tetap lestari dan jauh dari tangan-tangan kotor dari aktivitas manusia yang merusak.

Perjalanan pun dilanjutkan dan sampai ke pondok pertama, tim pun menginap didaerah tersebut karena hari sudah mulai sore. Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan menyusuri kembali Sungai Kihan sampai kembali ke Sungai Iwan. Dengan mengarah ke hilir searah arus sungai Iwan melewati berbagai giram. Sesampainya di Muara antara Iwan dan Sungai Kayan, tim berpisah, dua ketinting lanjut melewati Sungai Kayan kearah utara menuju Data Dian sementara satu ketinting lanjut berlawanan arah ke Selatan menuju Long Ampung dan sampai tepat pukul 6 sore.

Perjalanan yang sangat melelahkan sekaligus menyenangkan. Dengan membawa banyak informasi yang berarti demi menjaga kekayaan hutan Taman Nasional Kayan Mentarang di Jantungnya Borneo. Terimakasih banyak kepada seluruh anggota tim yang telah mensukseskan kegiatan ini. 



<<SELESAI >>

4 comments:

  1. GREAT JOB...!! fiuhhh mantab sekali kemampuan berwacana dirimu kaka.. petualangan di hutan kalimantan dipecah ke dalam 2 posting. ;)

    btw, mau tanya itu fotonya kok bisa lebar2 gt yah tampilannya? di gw mah kecil fotonya.. gmn cara kaka? apa tergantung tema/settingannya yah? :)

    ReplyDelete
  2. 5 part kali ta dan ini yg terakhir, mungkin 6 plus bonus cerita tersesat dihutan yg agak berbau mistis hahaha...

    Klo upload kan ada ukurannya ta, gw pake yg extra large tp klo fotonya memang yg besar,

    Thx for komenknya yak, mari kita budayakan komenknya :)

    ReplyDelete
  3. mantap bro...salut euy buat cerita lu pada part 5 tentang pemanfaatan TSL oleh masyarakat tradisional. Thanx bro buat ceritanya.
    greatttt:-)

    ReplyDelete
  4. Iya Gun Thx heheheh, lagi belajar menulis nih heheheh

    ReplyDelete