Ini merupakan kisah yang
sulit untuk diceritakan karena rada berbau mistis. Saya pun maju mundur untuk
mencoba menceritakan kejadian unik ini. Tapi saya sadar bahwa ada pelajaran
dibalik semua peristiwa, terlebih lagi kita harus percaya bahwa ada kehidupan
lain yang tak kasat mata yang juga harus kita pertimbangkan, terutama di hutan
yang benar-benar masih perawan seperti di Borneo. Teringat pepatah mengatakan
dimana langit di junjung disitu bumi dipijak. Di kota kita harus mengikuti
peraturan yang ada, begitu pula dihutan, ada norma-norma yang tidak boleh kita
langgar agar penghuni disana merasa dihargai, terlepas dari terlihat atau
tidaknya mereka, yang jelas Believe it or Not, They do exist!! , I can
guarantee 1000 % this story is true. Bagi umat islam, mempercayai hal
yang ghaib adalah salah satu rukun iman.
Jadi begini ceritanya,
masih ingat dengan cerita pada part 2 patroli perbatasan, klo belum baca dulu
supaya ceritanya nyambung :). Karena kejadian ini mungkin masih ada
hubungannya dengan cerita part 2 tersebut, dimana tim tidak sengaja telah
melakukan kesalahan yang menurut saya agak fatal sehingga berakibat tidak
baik. Saya tidak menyinggung cerita ini di kisah perjalanan patroli perbatasan sebelumnya karena rada ga nyambung.
Pada Part 2 tersebut tertulis,
dimana tim harus dibagi dua kelompok karena ada giram yang tidak bisa dilewati
perahu karna cukup tinggi. Jadinya sebagian tim harus lewat darat dengan
membawa semua perbekalan agar tim sungai tidak terlalu berat karena mereka harus
menggendong perahu melewati giram tersebut. Nah ditengah perjalanan, tim darat
menembak seekor babi yang cukup besar, rencananya akan dibuat lauk makan malam
bagi mereka yang bisa memakan babi tersebut. Akan tetapi karena babi tersebut
cukup besar untuk digotong bahkan dengan 2 orang juga masih terlalu berat,
ditambah lagi medan perjalanan yang naik dan turun. Maka babi tersebut di
gantung di suatu tempat agar tidak terlihat satwa lain yang bisa memangsanya,
ditambah lagi babi tersebut digantung beberapa meter diatas tanah sehingga babi
atau predator lain tidak bisa meraihnya. Rencananya babi tersebut akan dijemput
oleh orang kampung yang ikut jalur sungai karena selain kuat, mereka juga sudah
biasa menggendong babi ditengah hutan.
Namun pas saat tim darat
telah bertemu dengan tim sungai, mereka terlihat cukup kelelahan karena harus
menggendong tiga perahu ketinting beserta mesin-mesinnya melewati giram
berbatu. Sehingga babi tersebut tidak sempat diambil karena masih agak jauh
dari sungai. Menurut saya ini adalah kesalahan fatal karena niat yang tidak
kesampaian. Di masyarakat adat dayak terkenal dengan istilah "kepuhunan",
kalau tidak salah artinya kita sebagai tamu tidak boleh menolak suguhan
dari tuan rumah, minimal mencicipi atau menyentuh hidangan tersebut. Kedua,
jika kita berada didalam hutan dan kalau kita punya niat untuk melakukan
sesuatu tetapi karena berbagai alasan tidak dilakukan maka akan ada akibatnya
kelak.
Dengan rasa sedikit
kecewa akan hal itu, saya bersama yang lainya melanjutkan perjalanan sampai
keperbatasan yang masih cukup jauh, cerita detailnya silahkan liat pada part 3,part 4 dan part 5 patroli perbatasan yang sudah saya posting sebelumnya.
Singkat cerita sampai di
perbatasan pada hari kelima perjalanan. Ada hal yang sedikit ganjil juga, saat
dimana perbekalan habis dan cuma makan nasi dan umbut rotan. Sebenarnya bahan
makanan cukup banyak dibawa dalam perjalanan tersebut akan tetapi kok bisa
semuanya lupa dan bahan makanan sebagian besar tertinggal di tempat penyimpanan
perahu di pondok dua. Binatang yang bisa dijadikan lauk pun tidak ada didaerah
perbatasan tersebut. Memang kondisinya didataran tinggi pegunungan sehinga ikan
pun mustahil ada karena sungai yang kecil. Mamalia daratpun seperti babi, rusa
maupun kancil tidak terlihat, padahal cukup melimpah pada daerah sebelumnya.
Saya lalu teringat akan
babi yang sudah dibunuh dan ditinggal sia-sia tidak dimakan. Betapa malang
nasib babi tersebut karena kematiannya yang sia-sia, tidak ada yang bisa
memanfaatkan dagingnya baik buat manusia maupun satwa liar lainnya karena
disimpan diatas tanah. Kalau babi tersebut bisa ngomong pasti bilang "Sial
nih manusia, gua cuma dijadiin sasaran tembak yang sia-sia, coba keadaan
dibalik dan manusia berada di posisi babi tersebut bakal seperti apa?".
Saya pun tidak berani untuk membayangkannya lebih jauh.
Padahal tumbuhan dan
satwa seyogyanya diciptakan untuk memenuhi hajat manusia oleh Sang Pencipta
untuk mengarungi kehidupan, sebagai bekal mereka untuk beribadah kepadaNya.
Adalah tugas mulia bagi satwa tersebut jika telah memenuhi takdirnya untuk
kebutuhan manusia yang katanya mahluk paling sempurna. Seharusnya manusia bisa
memanfaatkannya secara bijaksana. Dan membiarkan satwa tersebut memenuhi
takdirnya, minimal mengambil sebagian kecil dari tubuhnya agar tidak terlalu
berat, setidaknya bisa bermanfaat walau hanya sedikit. Saya berfikir bahwa
mungkin ini adalah peringatan buat tim untuk tidak menyianyiakan makanan yang
sudah diberikan. Walaupun saya dan beberapa teman muslim lainnya tidak memakan babi tersebut.
Setelah selesai
melaksanakan tugas diperbatasan (lengkapnya pada part lima), rombonganpun
pulang melewati jalan yang sama dengan sebelumnya. Hasil yang diperoleh dari
survey tersebut cukup bagus, dimana kondisi hutan diperbatasan masih cukup baik
dan tidak ada aktivitas yang merusak, hanya beberpa patok batas yang sudah
perlu diganti karna sudah usang dimakan usia.
Tepat saat tim berada
pada disekitar daerah dimana babi malang tersebut digantung. Tim berjumlah 7
orang yang akan melewati jalur tersebut, sebagian melewati sungai dengan giram
yang tinggi. Seperti biasa yang memegang senjata dan GPS serta peta berada
paling depan sebagai perintis. Sebenarnya perjalanan menuju pondok satu
hanyalah berkisar 2 km dari titik tersebut, hanya perjalanan 1-2 jam saja. Saya
sebagai navigator yang memegang GPS dan Peta berada pada baris kedua sementara
yang paling depan adalah teman yang memegang senjata laras panjang, saya tidak
tau jenisnya. Jalur yang dilewati adalah
jalur yang sama dengan jalur yang dilewati beberapa hari yang lalu, mengikuti
aliran sungai kecil lalu mendaki dan menuruni satu bukit hingga sampai ke
pondok satu dipinggir sungai.
Karena ada satu orang yang kondisinya sudah lemas karena perjalanan yang cukup jauh, dan mungkin
ini baru pertama kalinya dia masuk hutan sehingga jalannya juga sudah hampir
ngesot, beberapa langkah jalan kemudian istirahat, begitu seterusnya selama
perjalanan. Saya bersama dua teman lainnya berjalan didepan dan tiba-tiba
begitu bersemangatnya berjalan cepat mendaki karena melihat sepasang beruang
madu yang sedang mencari makan (detailnya ada di part lima perjalanan), saya
tidak akan mengulangnya karena terlalu panjang. Sambil menunggu teman yang
dibelakang, saya memuaskan diri untuk mengambil foto beruang tersebut dari jarak
dekat. Setelah lama menunggu, tiga orang yang dibelakang belum juga muncul,
yasudah kami melanjutkan perjalanan karena hari semakin siang, mungkin mereka
sedang beristirahat dibelakang. Karena
jalur perjalanan juga cukup jelas kamipun berjalan terus dan terus hingga
melewati bangkai babi membusuk yang digantung 3 hari lalu, dan satu teman
berinisiatip untuk mematahkan tiangnya hingga bangkai tersebut jatuh ketanah,
setidaknya binatang lain bisa memakannya. Setelah itu perjalanan kami teruskan,
satu jam kemudian kamipun sampai di tempat tujuan, kurang lebih pukul 1 siang.
Detik berganti menit,
menitpun berganti jam, siang mulai beranjak sore namun ketiga orang tersebut
belum sampai juga. Tim sungai juga sudah berada di pondok satu, sambil menunggu,
merekapun istirahat dan makan siang dengan bekal yang dibawa.
Suasana mulai panik
karena ketiga orang tersebut belum kelihatan batang hidungnya. Saya bersama
teman dan orang lokal tersebut berlari kecil kembali kejalur yang tadi sambil
meneriakin nama mereka. Sesekali membunyikan suara tembakan supaya mereka
mengikuti arah bunyi tembakan. Sampai pada tepian sungai juga mereka tidak
terlihat, dan sudah bisa dipastikan mereka Tersesat!!!.
Hari mulai sore, mereka
belum ketemu juga, kalau sampe malam belum ketemu bisa jadi masalah besar. Bisa
dibayangkan, untuk meminta pertolongan pun sangat jauh, telepon satelit yang
dibawa juga sinyalnya terbatas begitu juga dengan baterainya. Kami cuma bisa
berteriak sambil mencari mereka dan tak lupa berdoa agar mereka baik-baik saja.
Tepat pukul lima sore,
orang lokal yang mencari mereka berteriak dari kejauhan bahwa mereka telah
diketemukan. Akan tetapi teman yang sudah lemas dari siang kondisinya sangat
memprihatinkan, seluruh tubuh kram dan mengigil kedinginan. Kondisi antara
sadar dengan tidak dan sesekali berteriak seperti mau kesurupan, semetara dua
teman lainnya dalam kondisi baik cuma kecapean dan sedikit panik. Dengan panik
saya bersama teman yang sudah menunggu lama berlari kearah suara tersebut
karena tidak jauh, setelah ketemu saya pun langsung menggendong teman yang
sudah terkapar tak berdaya tersebut. Dan dengan isengnya salah satu teman
mengabadikan momen tersebut dengan kamera, momen dimana saat saya sedang
menggendong belakang teman yang sakit tersebut,
kemudian bergantian dengan orang lokal hingga sampai di pondok pertama.
Dia lalu dibaringkan dan diselimuti untuk menghangatkan tubuhnya dan diberikan
teh manis hangat untuk memberinya asupan energi.
Mereka tersesat selama
lima jam didalam hutan, lima jam mendaki dan menuruni bukit yang salah, sangat tidak masuk
akal. Usut punya usut, ternyata mereka bertiga mengikuti jalur yang salah.
Mereka mendaki punggung bukit yang salah.
Suara tembakan yang dibunyikan
didengar melalui arah yang salah. Belum lagi cerita dibalik itu yang
sedikit berbau mistis. Percaya atau tidak, sebenarnya saat mereka menghilang,
kami pun mencium adanya bau masakan, saya mencium seperti bau masakan indomie,
temen yang lain mencium bau masakan lainnya, sementara tidak ada manusia lain
yang berada di hutan tersebut kecuali kami, namun kami menganggap hanya suatu
kebetulan dan lalu mengabaikannya.
Temen yang tadi sakit
kemudian mulai sadar kembali setelah beberapa saat istirahat. Kami tidak berani
bertanya mengenai hal apa yang dialaminya. Cukup memberinya semangat untuk
perjalanan esok hari yang untungnya melalui sungai tanpa perjalanan darat
sampai ke Long Ampung. Dan perjalanan cukup lancar pada hari tersebut hingga
sampai ke Desa Long Ampung dan menginap di Kantor Seksi Pengelolaan TN Kayan
Mentarang III.
Nah, setelah sampai di
kantor kamipun mulai membuka obrolan ringan seperti biasa, hingga menjurus
kepada kronologis kejadian sesatnya mereka. Ternyata Pak Kas sepertinya punya
misi lain yakni sambil mencari kayu Gaharu selama perjalanan pulang. Dan sepertinya
mereka dibawa oleh penghuni disana, pikiran mereka dikacaukan oleh yang tidak
penting sehingga gampang dipermainkan oleh "penghuni lokal". Sementara yang satu sudah kecapean, dia
melihat satu orang yang berada didepannya berbelok pada dua arah yang sama,
kekiri dan kekanan, bagaimana ceritanya satu orang berbelok pada dua arah yang
berbeda, belum lagi terdengar suara yang samar-samar yang memanggil namanya.
Nah yang paling ganjil
dari itu semua adalah ketika kita membuka kamera dan melihat hasil foto yang
diambil selama perjalanan. Ada satu foto yang diambil saat saya sedang
menggendong teman yang jatuh pingsan tersebut. Dengan jelas saat itu masih
terang, dan saya yakin 100% bahwa tidak ada kabut ataupun asap saat pengambilan
foto tersebut hanya berjarak kurang lebih 2-3 meter. Tetapi kenapa foto yang
kelihatan tidak jelas, hanya kelihatan wajah teman yang sedang tidak sadarkan
diri tersebut, sementara foto saya yang sedang menggendong ditutupi oleh bayangan putih yang banyak
dengan bentuk bermacam-macam dan ada yang terlihat mirip wajah-wajah
"aneh" jika dilihat lebih dekat dan lebih lama. Entahlah, lain orang
yang melihat lain pula tafsirannya. Malam tersebut kita tidur dengan sedikit
agak ketakutan, bahkan ada yang tidur sambil memegang al-kitab, hahahah sungguh
pengalaman yang aneh.
Terlepas dari percaya
atau tidak itu kembali kepada keyakinan masing-masing. Setidaknya ada beberapa
pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa ini jika kita berada ditengah hutan
;
- Pertamax!!, berniat untuk masuk hutan dengan niat yang baik dan yang bermanfaat agar hasilnya baik, segala keburukan yang terjadi biasanya karena niat yang tidak baik.
- Berdoalah dan selalu berserah diri pada yang kuasa, karena tidak ada satupun kejadian terjadi diluar dari kuasa dan kehendakNYA, dan hanya DIA tempat meminta semua pertolongan
- Jangan terpisah dari tim, usahakan semuanya tetap utuh dalam satu tim selama perjalanan dalam hutan.
- Bawa makanan sebanyak yang bisa dibawa, siapkan makanan cadangan berkalori tinggi seperti coklat atau gula merah di dalam tas pribadi, just in case terjadi hal yang tidak diinginkan.
- Jangan lupa membawa P3K dan obat-obatan lainnya yang diperlukan jika terjadi kecelakaan, dan berharap semoga obat yang dibawa kembali utuh, artinya tidak ada yang celaka.
- Jangan pernah menganggap remeh ataupun berkata-kata yang tidak baik selama berada di hutan, apalagi buang kotoran sembarangan. Sudah banyak kejadian orang hilang dihutan akibat kecerobohannya.
- Jangan lupa istilah "Lain Padang Lain Ilalang" tidak semua daerah memiliki aturan ataupun norma adat yang sama, pelajari norma adat setempat, terutama norma yang tidak boleh dilanggar, karena kita adalah tamu untuk daerah tersebut, berlakulah sebagai tamu!!!.
Demikian cerita ini saya
tulis berdasarkan pengalaman pribadi, tidak ada rekayasa didalamnya, tidak juga
untuk memojokkan pihak-pihak tertentu, karena ini hanya cerita perjalanan
belaka. Terbebas dari percaya atau tidaknya pembaca mengenai cerita ini, saya
tetap yakin, ada hal yang bisa dipelajari dari cerita ini. Terimakasih.
Save the Forest,
Save The Earth,
Save the one and only Living Planet.......
"Dunia Lain" dalam eksotis Borneo
ReplyDeletecerita perjalanannya seruu, lewatin sungai,
anak2 sungai, hutan rimba, naik ketinting,
ketemu babi, ketemu beruang madu,sampe2 ketemu
hanhan..
penulis spertinya super sibuk loh, selain jd
tukang riset jg sibuk mengembangkan sayap bakat
ke dunia potret memotret, jd bahagia
di atas derita tim yg nyasar hahaha...
baca aja) saat liat beruang madu
adrenalin poto nya memuncak hehe (canda)
sofar, yaa sekali mendayung 2/3 pulau
terlampaui... gudlak n to be continue
for next destination
itu karena ada yang namanya Irfansyah Lubis dalam tim
ReplyDelete